Senin, 25 Januari 2010

Raja dan Anak Miskin

Di sebuah kerajaan kecil di tepi sebuah hutan, hiduplah seorang anak gembala yatim piatu. Namanya Bowo. Pamannya yang bekerja sebagai juru masak raja merasa kasihan pada Bowo. Ia lalu mengajak Bowo tinggal di istana. Bowo sangat senang. ia bekerja sangat giat membantu pamannya. Menyapu, membereskan meja makan, mencuci piring, serta mengelap gelas dilakukannya dengan gembira. Setiap akhir bulan, ia mendapat enam sen sebagai upah dari pamannya.

Akhir-akhir ini, Raja sering berkeliling memeriksa keadaan istana. Dia sering memperhatikan Bowo yang bekerja dengan riang dan teliti. Suatu hari Raja bertanya pada Bowo, "Apakah kau menerima upah untuk kerja kerasmu?" Bowo tersenyum seraya menjawab, "Ya tuanku. Aku menerima enam sen setiap bulan."

Lalu Raja kembali bertanya, "Dengan penghasilan yang demikian, apakah kau merasa kaya atau sebaliknya?"

"Tuanku," Bowo menjawab, "Aku pikir aku sekaya tuanku Raja."

Raja sangat terkejut dengan jawaban tersebut, "Bagaimana mungkin anak miskin ini dapat berkata seperti itu?" gumam Raja dalam hati.

Sekali lagi Raja berkata pada Bowo, "Aku adalah seorang raja. Aku memiliki sedemikian banyak kekayaan dan kekuasaan di negeri ini. Sedagkan kau hanya menerima enam sen setiap bulan. Mengapa kau berkata bahwa kau sekaya aku?"

Bowo menurunkan sapunya, dengan sopan ia menjawab, "Tuanku, aku memang hanya menerima enam sen setiap bulan, tetapi aku makan dari sebuah piring dan tuanku juga makan dari sebuah piring. Aku tidur semalam dan tuanku juga tidur semalam. Kita makan dan tidur dalam jumlah yang sama. Tidak ada perbedaan. Tentu sekarang tuanku mengerti mangapa aku berkata bahwa aku sekaya tuanku."

Raja mengerti dan memuji kecerdasan Bowo.

Tidak ada komentar: